Monday 20 October 2014

Selanjutnya di blog saya ini mau berbagi mengenai tradisi kehamilan sampai dengan prosesi kelahiran pada adat Sunda...hayu aahh urang tingali heula ka TeKaPe...cekidot

 MELESTARIKAN BUDAYA KEHAMILAN SAMPAI DENGAN KELAHIRAN DALAM ADAT SUNDA
 
 Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat Sunda masih dipelihara dan dihormati. Dalam daur hidup manusia dikenal upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti: upacara adat Masa Kehamilan, Masa Kelahiran, Masa Anak-anak, Perkawinan, Kematian dll. Demikian juga dalam kegiatan pertanian dan keagamaan dikenal upacara adat yang unik dan menarik. Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat. Beberapa kegiatan upacara adat di Jawa Barat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
 Gambar Pengajian 4 Bulanan

2. Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.

Mandi Kembang 7 Rupa
Berikut adalah tata cara mandi ( siraman ) yang saya alami sendiri pada adat tujuh bulanan adalah sebagai berikut :
  • Biasanya air pengajian dicampurkan dengan kembang 7 rupa di dalam sebuah ember atau gentong yang terbuat dari tanah liat.
  • Masukan belut ke dalam ember / gentong tersebut.
  • Siapkan ayakan, gayung dari batok ( tempurung kelapa ), mayang jambe dan kain samping sebanyak 7 buah.
  • Kemudian si ibu hamil tersebut tadi dimandikan / disirami oleh 7 orang atau sepupu wanita tadi di daerah tersebut.
  • Setiap kali kucuran air ( satu kali menyirami si ibu hamil ) satu kain samping, jadi setiap selesai disiram oleh satu orang, 7 samping yang ia pakai harus dilepas satu persatu.
  • Kemudian kelapa hijau tad iyang sudah digambar wayang dibelah menjadi dua oleh suaminya, seandainya yang diambil tadi adalah gambarnya Srikandi, maka anak yang dikandung kemungkinan besar anak perempuan. Dan apabila gambar yang diambil adalah Arjuna, berarti kemungkinan si ibu itu mengandung anak laki - laki.
  • Setelah mandi si ibu biasanya langsung menjual rujak yang terdiri dari 7 macam buah - buahan. Apabila membeli rujak dari ibu hamil ini, kita harus menambahkan uang kita dengan genteng yang dibentuk seperti koin. Dan uang yang diperoleh dari hasil menjual rujak tersebut harus disimpan bersama dengan gentengnya itu hingga si bayi lahir.
 Adapun simbol dari barang barang yang tadi disediakan adalah sebagai berikut :
  1. 7 kain samping, menandakan usia kandungan si ibu yang menginjak usianya.
  2. Kelapa hijau bergambar Srikandi dan Arjuna, berharap kelak nanti lahir ke dunia si anak akan menjadi wanita cantik dan tampan.
  3. 7 macam buah buahan dan umbi umbian, adalah hasil proses dari tanaman sampai jadi buah yang bisa dinikmati dan berguna bagi semua orang banyak. Yang dihasilkan dari atas bumi dan bawah bumi. Mereka berharap anaknya kelak menjadi orang yang berguna bagi jiwa dan raganya, jiwa sedangkan dari dalamnya dan raga adalah dari luarnya.
  4. Mayang Jambe ( buah pinang ), adalah buah yang warnanya kuning keemasan, bunga yang indah dilihat, sepintas terlihat runtuyan jambrut atau intan, konon dulu pada waktu masa Sunan Kalijaga dengan ilmunya runtuyan buah jambe berubah menjadi berlian yang berkilauan. Disini juga mereka berharap agar kelak menjadi orang terpandang dan berkilauan harta.
  5. Jarum dan benang, di ibaratkan seperti cerita timun emas, semula benda itu diberikan kepada anaknya yang berubah menjadi senjata yang bisa melindungi anaknya dari cengkraman raksasa. Disini mereka berharap anaknya terhindar dari hal buruk yang akan menimpa kelak.
  6. Cobek kecil adalah tempat untuk di isi rujak kemudian diberikan kepada para pembeli, yang artinya agar kelak anak mereka bisa menjaga dirinya atau jiwa raganya agar kelakuannya nanti melampaui batas.
  7. Rujak, gabungan antara buah buahan dan umbi umbian yang ditumbuk dan dijadikan satu kemudian diberi bumbu.
  8. Ayakan atau saringan besar terbuat dari anyaman bambu yang biasanya digunakan untuk menjemur makanan, waktu mandi ( siraman ) tujuh bulanan disimpan di atas kepala si ibu hamil, kemudian disiram memakai air do'a dan kembang 7 rupa tersebut.
  9. Cermin kecil, adalah simbol agar kelak anak bisa memilih dan memilah apa yang terbaik untuk dirinya.
  10. 7 macam makanan ringan ( di sunda sering di sebut dengan sebutan hahampangan ), seperti brondong jagung, opak, rangining, dll. Ini simbol agar kelak anaknya akan diberi kemudahaan dalam mengerjakan sesuatu hal yang sulit.
- Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.  
 
-.Upacara Nenjrag Bumi
Upacara Nenjrag Bumi ialah upacara memukulkan alu ke bumi sebanyak tujuh kali di dekat bayi, atau cara lain yaitu bayi dibaringkan di atas pelupuh (lantai dari bambu yang dibelah-belah ), kemudian indung beurang ( dukun beranak ) menghentakkan kakinya ke pelupuh di dekat bayi. Maksud dan tujuan dari upacara ini ialah agar bayi kelak menjadi anak yang tidak lekas terkejut atau takut jika mendengar bunyi yang tiba-tiba dan menakutkan.
- Upacara Puput Puseur ( tali pusat / ari ari )
Setelah bayi terlepas dari tali pusatnya, biasanya diadakan selamatan. Tali pusat yang sudah lepas itu oleh indung beurang dimasukkan ke dalam kanjut kundang . Seterusnya pusar bayi ditutup dengan uang logam/benggol yang telah dibungkus kasa atau kapas dan diikatkan pada perut bayi, maksudnya agar pusat bayi tidak dosol, menonjol ke luar. Ada juga pada saat upacara ini dilaksanakan sekaligus dengan pemberian nama bayi. Pada upacara ini dibacakan doa selamat, dan disediakan bubur merah bubur putih.
Ada kepercayaan bahwa tali pusat (tali ari-ari) termasuk saudara bayi juga yang harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Adapun saudara bayi yang tiga lagi ialah tembuni, pembungkus, dan kakawah. Tali ari, tembuni, pembungkus, dan kakawah biasa disebut dulur opat kalima pancer, yaitu empat bersaudara dan kelimanya sebagai pusatnya ialah bayi itu. Kesemuanya itu harus dipelihara dengan baik agar bayi itu kelak setelah dewasa dapat hidup rukun dengan saudara-saudaranya (kakak dan adiknya) sehingga tercapailah kebahagiaan.
 
- Upacara Ekah ( Aqiqah )
Sebetulnya kata ekah berasal dari bahasa Arab, dari kata aqiqatun “anak kandung”. Upacara Ekah ialah upacara menebus jiwa anak sebagai pemberian Tuhan, atau ungkapan rasa syukur telah dikaruniai anak oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dan mengharapkan anak itu kelak menjadi orang yang saleh yang dapat menolong kedua orang tuanya nanti di alam akhirat. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya diselenggarakan setelah bayi berusia 7 hari, atau 14 hari, dan boleh juga setelah 21 hari. Perlengkapan yangb harus disediakan adalah domba atau kambing untuk disembelih, jika anak laki-laki dombanya harus dua (kecuali bagi yang tidak mampu cukup seekor), dan jika anak perempuan hanya seekor saja.
Domba yang akan disembelih untuk upacara Ekah itu harus yang baik, yang memenuhi syarat untuk kurban. Selanjutnya domba itu disembelih oleh ahlinya atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, setelah itu dimasak dan dibagikan kepada handai tolan.

- Upacara Nurunkeun
Upacara Nurunkeun ialah upacara pertama kali bayi dibawa ke halaman rumah, maksudnya mengenal lingkungan dan sebagai pemberitahuan kepada tetangga bahwa bayi itu sudah dapat digendong dibawa berjalan-jalan di halaman rumah. Upacara Nurun keun dilaksanakan setelah tujuh hari upacara Puput Puseur. Pada pelaksanaannya biasa diadakan pengajian untuk keselamatan dan sebagai hiburannya diadakan pohon tebu atau pohon pisang yang digantungi aneka makanan, permainan anak-anak yang diletakan di ruang tamu. Untuk diperebutkan oleh para tamu terutama oleh anak-anak.

- Upacara Cukuran/Marhaba'an
Upacara cukuran dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat bayi berumur 40 hari.
Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau disebut marhaban atau pupujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad saw. dan membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting sedikit oleh beberapa orang yang berdoa pada saat itu.
 
- Upacara Turun Taneuh
Upacara Turun Taneuh ialah upacara pertama kali bayi menjejakkan kakinya ke tanah, diselenggarakan setelah bayi itu agak besar, setelah dapat merangkak atau melangkah sedikit-sedikit. Upacara ini dimaksudkan agar si anak mengetahui keduniawian dan untuk mengetahui akan menjadi apakah anak itu kelak, apakah akan menjadi petani, pedagang, atau akan menjadi orang yang berpangkat.
Perlengkapan yang disediakan harus lebih lengkap dari upacara Nurunkeun, selain aneka makanan juga disediakan kain panjang untuk menggendong, tikar atau taplak putih, padi segenggam, perhiasan emas (kalung, gelang, cincin), uang yang terdiri dari uang lembaran ratusan, rebuan, dan puluh ribuan.
Jalannya upacara, apabila para undangan telah berkumpul diadakan doa selamat, setelah itu bayi digendong dan dibawa ke luar rumah. Di halam rumah telah dipersiapkan aneka makanan, perhiasan dan uang yang disimpan di atas kain putih, selanjutnya kaki si anak diinjakan pada padi/ makanan, emas, dan uang, hal ini dimaksudkan agar si anak kelak pintar mencari nafkah. Kemudian anak itu dilepaskan di atas barang-barang tadi dan dibiarkan merangkak sendiri, para undangan memperhatikan barang apa yang pertama kali dipegangnya. Jika anak itu memegang padi, hal itu menandakan anak itu kelak menjadi petani. Jika yang dipegang itu uang, menandakan anak itu kelak menjadi saudagar/pengusaha. Demikian pula apabila yang dipegangnya emas, menandakan anak itu kelak akan menjadi orang yang berpangkat atau mempunyai kedudukan yang terhormat.

 Upacara Masa Kanak-kanak

1. Upacara Gusaran yang berarti meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus. Maksud upacara Gusaran ialah agar gigi anak perempuan itu rata dan terutama agar nampak bertambah cantik. Upacara Gusaran dilaksanakan apabila anak perempuan sudah berusia tujuh tahun. Jalannya upacara, anak perempuan setelah didandani duduk di antara para undangan, selanjutnya membacakan doa dan solawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian Indung beurang melaksanakan gusaran terhadap anak perempuan itu, setelah selesai lalu dibawa ke tangga rumah untuk disawer (dinasihati melalui syair lagu). Selesai disawer, kemudian dilanjutkan dengan makan-makan. Biasanya dalam upacara Gusaran juga dilaksanakan tindikan, yaitu melubangi daun telinga untuk memasang anting-anting, agar kelihatannya lebih cantik lagi.

 2. Upacara Sepitan/Sunatan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis. Anak yang telah menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat Islam. Upacara Sepitan anak perempuan diselenggarakan pada waktu anak itu masih kecil atau masih bayi, supaya tidak malu. Upacara sunatan diselenggarakan biasanya jika anak laki-laki menginjak usia 6 tahun. Dalam upacara sunatan selain paraji sunat, juga diundang para tetangga, handai tolan dan kerabat..
Pada pelaksanaannya pagi-pagi sekali anak yang akan disunat dimandikan atau direndam di kolam sampai menggigil (kini hal semacam itu jarang dilakukan lagi berhubung teknologi kesehatan sudah berkembang), kemudian dipangku dibawa ke halaman rumah untuk disunat oleh paraji sunat (bengkong), banyak orang yang menyaksikan diantaranya ada yang memegang ayam jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan dan macam-macam tetabuhan sambil menyanyikan marhaba. Bersamaan dengan anak itu disunati, ayam jantan disembelih sebagai bela, petasan disulut, dan tetabuhan dibunyikan . Kemudian anak yang telah disunat dibawa ke dalam rumah untuk diobati oleh paraji sunat. Tidak lama setelah itu para undangan pun berdatangan, baik yang dekat maupun yang jauh. Mereka memberikan uang ( nyecep ) kepada anak yang disunat itu agar bergembira dan dapat melupakan rasa sakitnya. Pada acara ini ada pula yang menyelenggarakan hiburan seperti wayang golek, sisinga'an atau aneka tarian.

Mungkin baru hanya ini saja yang dapat saya bagikan mengenai tradisi yang masih sering dipakai di daerah asal tempat tinggal saya. Walaupun ada sebagian orang menganggap semua itu hanyalah mitos belaka dan ada juga yang menyebutkannya bid'ah. Contohnya dari Rosullullah SAW, yang menurut mereka lebih baik ditinggalkan saja karena tidak masuk ke dalam kategori ibadah, yaitu amalan yang tidak ada pahalanya (mubazir). Tapi inilah budaya kita, budaya yang terdapat di Indonesia yang sangat beragam budaya dan tradisinya. Mungkin sangat sayang apabila budaya / tradisi kita hilang termakan oleh zaman, karena budaya adalah identitas suatu bangsa. Tapi semua itu kita kembalikan lagi kepada masing masing individu itu sendiri. Karena prinsip dan pemikiran setiap orang itu berbeda beda.

Demikianlah informasi yang dapat saya berikan bagi para pembaca semua, semoga bermanfaat yaaahh...!!!
Hatur nuhun ka sadaya na pamiarsa...









 

Powered By Blogger